09 Februari 2009

A Concert / Stage Performance Photography

Minggu kemarin diajak suami ke Taman Remaja Surabaya, buat nemenin doi manggung. Band-nya jadi guest star di acara Jatim ROCKVOLUTION Festival. Semacam festival music rock se-Jatim gitu. Rasanya kok seneng banget waktu diajak, padahal udah sering nemenin doi manggung. Duluuu. Terakhir kali nemenin doi, sekitar empat tahun lalu, waktu hamil 7 bulan. Habis tu udah gak pernah lagi. Makanya begitu diajak, langsung iyah ajah. Padahal ada maksud lain. Mo dokumentasiin doi nge-drum. Soalnya aku paling termehek mehek kalo liat doi nge-drum *gak penting*.

Hei, tapi kali ini bukan hanya sekedar dokumentasi. Maunya sih memperluas cakupan fotografi. Jadilah, sepanjang siang, aku sibuk mantengin google. Nyari artikel dan tips tentang concert/ live show/ stage performance photography. Banyak sih. Tapiii... kebanyakan artikel itu menyebutkan bahwa 'senjata' terbaik untuk fotografi jenis itu adalah DSLR. Tidak cukup hanya itu, untuk standar fotografi jurnalisme, sejumlah lensa khusus pun dibutuhkan untuk menyempurnakan misi motret artis dipanggung *nangis dipojokan*. Rasanya sih dah mau nyerah aja. Secara cuma punya prosumer. But don't worry. Aku masih cukup pede buat meng-kerja paksa-kan kameraku ini. Berbekal semboyan 'man woman behind the gun'. Masalah 'gun'-nya gak memadai, dipikir belakangan. Atau kalo masalah 'man'-nya yang gak pinter pinter, ya berarti bukan salah si kamera. Lagian cuma mo motret artis lokal yang tidur satu kamar sama aku...

Beberapa point yang aku rangkum dari beberapa artikel yang aku temukan tentang fotografi panggung ( secara umum ), antara lain :

High ISO ( min. 800 )
No ( internal ) Flash
dSLR ( recommended )
tele / wide lens ( for dSLR )
bukaan lensa lebar ( angka kecil )
spot metering
kecepatan min 1/50 detik
ada yang mo nambahin ?

( semua point point diatas sangat bervariasi dan bisa disesuaikan dengan kondisi ( cahaya ) saat pemotretan berlangsung )

Berbekal itu semua, aku berangkat menuju medan perang.

Sore, selepas Macaroni Schutel untuk bekal bertempur matang, aku sudah bersiap membawa tripod, memory card cadangan, batre terisi penuh, dan memory card satu giga yang sudah kukosongkan sebelumnya. Suami cuma geleng geleng. Soalnya terakhir kali aku nemenin suami, aku cuma bawa tas jinjing kecil berisi dompet dan henpon, dan perut yang membuncit. But now ?? Oya lupa, aku juga pake tiga lapis pakaian. Dua lapis kaos, dan jaket untuk melindungi tubuh minim lemakku *duh gak penting banget*. Surabaya lagi dingin dinginnya.

Jatim Rockvolution Festival


Tiba disana sekitar pukul 17.00. Padahal jadwal manggung suami masih sekitar 3 jam lagi. Jeda waktu itu aku manfaatkan untuk mengenal situasi panggung, terutama pencahayaannya. Panggungnya kecil kok. Kalo gak salah biasa dipake buat pentas pentas kecil. Aku juga sempet motret beberapa band peserta festival buat test run. Ya ampooon.. ini lagu apaan siiih, ada yang tereak tereak, lonjak lonjak kyak orang kesurupan, ada yang suaranya melengking, ada yang ngomel ngomel, ada yang ngorok ngorok nyanyinya, ada juga yang nyanyi seriosa dengan pakaian serba gothik. Eh, ada yang anak anak juga loh, nyanyi lagu Kepompong. Satu satunya lagu yang aku kenal dan yang bisa kudengerin saat itu.

Jatim Rockvolution Festival


Jadwal meleseeeet. Dari rencananya jam 8 malam, baru jam 10 naik panggung. Dan ternyata sodara sodara, artikel dan teori teori yang aku makan tadi pagi, tidak mudaaaah... Mending motret band top forty yang pastinya gak begitu banyak gerak pas manggung, nah ini, baru nge-aim, pas mo mencet, loh objek ilang. Lompat lompat, lari lari gak keruan. Mana cahayanya gak cukup. Mau tidak mau, ISO 1600 dipake juga. Noise is better than blur. But ISO 1600 !? *pasrah*

Jatim Rockvolution Festival


Parahnya lagi, si artis lokal sekamar denganku itu ditempatkan dipojokan panggung dengan pencahayaan paling minim dan dengan jarak yang cukup jauh dari batas maximal zoomlens-ku. More zooming, more grainy. Hah, ya sudahlah. Yang penting aku senang bisa mengenal ruang lain dari fotografi.

Jatim Rockvolution Festival


Post processingnya juga lumayan makan waktu en rada ribyets. Terutama untuk mengurangi noise dan blur. Rasa rasanya dari 200-an foto yang aku ambil malam itu, tidak ada satupun yang hasilnya memuaskan. Dan untuk memanipulasinya hanya bisa dengan sentuhan efek efek tertentu yang agak dramatis *dan itu yang aku belum bisa*. Mo nyoba nyoba juga hasilnya malah ancur. Oya, yang menarik dari fotografi jenis ini adalah ekspresi. Biasanya para penyanyi / band punya ekspresi dan tingkah laku yang unik saat mereka manggung. Dan bagiku, susah sekali menangkap ekspresi yang 'kena' karena mereka bergerak sangat cepat.

Trus, mana nih foto idolaku ? hehe, disimpen di hardisk aja yah.

Segala masukan, kritikan dan saran sangat diterima dengan senang hati.

6 komentar:

galih mengatakan...

Bagus kok, sekilas kelihatan tajam, noise-nya cukup tersamar. Buat kelas S5 IS, ini superb. Saya aja yang pakai DSLR lengkap dengan lensa tele nggak pernah dapat foto bagus yang memuaskan.

mae mengatakan...

makasih ya mas, masih butuh banyak masukan :)

Anonim mengatakan...

wew potonya boguus2..
padahal cman pake S5 IS dah kereen gini,
gimana SLR ngeriii....

lm kenal ya..

Anonim mengatakan...

Hebat, salut deh sama foto2nya. noisenya kl ditampilin di monitor ga kentara banget kok... keren tuh gy pake gitar....

Anonim mengatakan...

Hebat, salut deh sama foto2nya. noisenya kl ditampilin di monitor ga kentara banget kok... keren tuh gy pake gitar....

Mira G. Lestari mengatakan...

Ouw mai gaaaad... Itu yang terakhir kuku-nya gak kuwaaaat.. Bisa buat nyungkil bika ambon dari cetakan boow..

wkwkwkwkwk..

Gile.. Makin keren aje fotonya. Mantap!