31 Maret 2009

[ Latihan ] Indonesian Food Styling

Still Life Photography ( SLF ) adalah grup baru yang aku ikuti 2 bulan terakhir ini. Grup yang berbasis di Multiply ini memfokuskan diri pada fotografi makanan sebagai karya seni bergenre still life. Kegiatannya sendiri berupa tantangan dengan tema tertentu sebulan sekali. Selain itu, berbagai tips dan sharing seputar fotografi juga ikut diselipkan diantara waktu kosong selama/ sembari menunggu masa pengumpulan foto berakhir.

Sekitar seminggu yang lalu, SLF mengangkat review tentang 'Food Styling' sebagai artikel sharing dan bahan diskusi. Disana, Sefa, sebagai admin SLF yang juga menulis artikel tersebut menguraikan permasalahan tentang sulitnya menata makanan khas Indonesia agar menjadi objek menarik saat difoto. Beberapa kendala, terutama bagi yang tinggal diluar Indonesia adalah, terbatasnya properti pendukung yang memang seringkali menentukan apakah sebuah masakan Indonesia bisa berkesan Indonesia. Dan yang tidak kalah sulitnya adalah menata komposisi, baik dari makanan itu sendiri, maupun penataan properti pendukungnya selama pemotretan.

Diskusi bergulir hingga berhari hari. Semua member saling memberikan masukan, pertanyaan juga keluhan yang sama. Ditengah tengah diskusi yang sangat ramai itu, aku sempat mengutarakan, tepatnya, menggambarkan imajinasiku untuk menata makanan khas Indonesia ( in this case : Pecel ) dengan gaya internasional. Sedikit berkhayal memang. Dan belum ada rencana merealisasikan imajinasi tersebut. Karena takut imajinasiku itu malah tidak bagus untuk direalisasikan.

Tapi gayung bersambut. Mbak Sefa mengatur sebuah janji untuk sama sama merealisasikan apa yang aku khayalkan selama ini. Dan kami sepakat untuk sama sama melaporkan hasilnya hari ini.

Jadi ini hasil laporanku.

Waktu yang kusisihkan weekend ini melenceng jauh dari jadwal. Mulai sabtu, aku ada kegiatan seharian. Minggu yang rencana awalnya kujadikan hari bereksperimen, mendadak putar haluan karena harus menjenguk saudara yang terbaring di rumah sakit. Acara ini memakan waktu hampir seharian. Dan baru tiba sore hari saat matahari sudah terbenam. Kesempatan terakhir adalah tadi pagi. Dan mendadak ada tamu. Saudara datang kerumah seharian. Mau tidak mau bolak balik keluar masuk dapur buat nyicil motongin sayuran, nata meja dan properti yang mau dipake, juga setingan 'studio'nya.

Alhamdulillah, tugas selesai.

Tidak banyak yang bisa kuhasilkan. Karena waktu dan tenaga yang sangat terbatas. Entah mengapa, semua imajinasi yang sudah kususun dari jauh jauh hari itu terasa buntu dikepala. Terutama karena kendala minimnya properti. Terpaksa harus kumbawe ( kumbah gawe ) atau CKP ( cuci kering pake ) piring piring karena cuma punya satu satu.

Untuk konsep, aku memikirkan dua konsep. Pecel as a dish, dan Pecel as a side dish ( in this case, Salad ). Untuk Pecel as a dish, aku menggunakan properti serba terang, simple, and clean. Sayuran sengaja aku blanching untuk mempertahankan warna dan kesegarannya ( biasanya gak pake gitu gituan, hihi ). Bumbu nya aku buat kental agar 'hold' dan tidak mudah beleber. Awalnya aku sempat terbujuk untuk meletakkan semua lauk lauk pendukund seperti Bali Tahu dan Kering Tempe. Tapi malah jadi gak karuan karena piring terlihat 'sesak. Lalu aku ingat masukan Mbak Rachmah tempo hari, untuk lebih menonjolkan salah satu karakter yang menonjol dari hidangan yang akan difoto ( kadang kadang, inspirasi datang dari orang yang tak diduga ? Thanks mbak ! ) . Jadi, aku berfokus pada cambah, bumbu kacang, dan sayuran hijau sebagai karakter yang ingin kutonjolkan. Maka lauknya aku pisahkan. Porsi aku buat 'sesopan' mungkin a la hidangan sepinggan ( Kalau aku gak cukup porsi segitu, hehe :P )
Pecel 3/4
Pecel as a main dish.

Sedangkan untuk Pecel as a salad, aku memilih background hijau cerah. Aku menggunakan piring lebar untuk mengesankan agar terlihat lebih segar. Juga kutambahkan beberapa sayuran utuh sebagai background hanya untuk mengimbangkan warna hijau yang dominan. Gak tau nih apa kedua konsep ini bisa diterima sebagai 'makanan' mata. Seburuk buruknya, apa bisa bikin 'laper' mata. Hmm... *bertanya tanya*

Pecel 4/4

Pecel 1/4
Pecel as a side dish

Sebenarnya masih ada satu konsep lagi, yang, sayang gak terwujud. Yaitu Pecel as an Indonesia Traditional Dish. Untuk konsep ini, aku sudah menyiapkan kukusan bambu ( yang pernah aku pake disini ) yang akan kualasi dengan daun pisang, dan kemudian pecel yang sebenar benarnya akan kutata didalamnya. Sayuran diurap, ditaruh diatas nasi lalu disiram dengan bumbu pecel dan didampingi dengan beberapa lembar peyek. Hmm... I will love this one ! Tapi sayaaang belum bisa diwujudkan.

Kesimpulannya, apapun penataannya, semuanya tergantung selera. Dan berbicara selera, sifatnya relatif. Aku ingat seorang teman yang pernah mengatakan 'ilfill' waktu liat Tahu Telur yang aku tata sedemikian 'rapi'nya, sedangkan dia lebih tergoda dengan Tahu Telur yang ditata apa adanya, penuh ini itu khas pedagang kaki lima ( pisss mas Galiiiih ). Sedangkan aku sendiri, melihat sebuah food styling sebagai sebuah tuntutan dan tantangan tersendiri dalam mempelajari ilmu fotografi makanan.

Oke, silahkan yang mo ngasih masukan, kritikan, saran, dan one cent two cent, atau kalo ada yang mo nyumbang ide, monggo. It will be a pleasure. Asal jangan bawa parang. Xixixixi... *just kidding* Dan satu lagi, plis plis, jangan tanya resep apalagi rasa, karena aku sedang tidak membahas itu. Wekeke... *ketahuan make yang serba instan*

1 komentar:

Silvia mengatakan...

Salam kenal, ini Silvia. Food photography sangat tergantung penataan. Saya suka cara Mae menata tahu telurnya, simple dan elegant. Terima kasih banyak buat tipsnya.